Kami memiliki dua blog khusus untuk buku sastra, terutama buku-buku sastra yang tak ada di toko buku:

1. http://pustakapelabuhan.blogspot.com/ -berisi info2 buku sastra yang bisa dipesan langsung ke penulisnya. Anda bisa memberikan info buku2 sastra yang sedang terbit lewat dinding Indrian Koto atau Jualan Buku Sastra.

2. http://jualbukusastra.blogspot.com/. Berisi daftar buku yang bisa dipesan kepada kami secara langsung. Anda bisa bekerjasama dengan kami dalam distribusi kecil-kecilan.

Friday, May 20, 2011

Istana Daun Retak dan Bungkam Mata Gergaji, 2 Kumpulan Gumam Asa


Istana Daun retak, Kumpulan Gumam ASA
Penulis: Ali Syamsudin Arsi
Framepublishing, 2010

Bungkam Mata Gergaji (kumpulan gumam asa)
Ali Syamsudin Arsi
Framepublishing, 2011

Gumam-guman ASA memiliki kecenderungan yang unik dalam melihat berbagai peristiwa. Ia tak sekedar selesai digumam, tak sekadar melepaskan uneg-uneng namun sekaligus mengajak kita untuk merenung dan berpikir panjang tentang banyak hal, tentang apa saja bahkan hal-hal sederhana yang tak sempat kita pikirkan.
Gumam-gumam ASA dalam dua kumpulan buku ini sebentuk prosa liris dengan narasi yang halus lembut. bahasanya seperti puisi namun juga tajam menghujam.

Berikut ulasan singkat mengenai dua buku tersebut:

1. Istana Daun retak
Gumam Asa dalam buku ini masih begitu kentara kecenderungan pada bentuk puisi, yang tersamarkan oleh bentuk tulisan prosa, yang membawa pembaca untuk menentukan posisi sendiri dalam pembacaannya. Apakah pembaca memandang teks di depannya sebagai puisi atau prosa, diserahkan kepada pembaca sendiri untuk menentukannya. Bila memilih sebagai puisi, maka pembaca harus melihatnya dengan frame bentuk puisi. Bila memilih sebagai prosa, maka pembaca harus menjadi tokoh dalam tulisan tersebut dengan menentukan kata-kata tambahan yang terbayang sendiri untuk membayangkan pembacaannya.
Dalam buku ini yang dapat dikatakan secara jelas sebagai puisi pada Gumam asa 10 (h.52) dan Gumam asa 13 (h.74), meskipun  pengantar untuk masuk puisi dalam bentuk tulisan rata kiri-kanan seperti tulisan prosa tetapi dalam hal isi masih cenderung bentuk puisi. Sedangkan, yang tersamarkan adalah Gumam asa 9: Menari Puisi-Puisi (h.44), yang jika diperhatikan terlihat sebuah puisi panjang dalam struktur prosa. Pilihan struktur pada Gumam asa 9 ini, secara tidak langsung mengingatkan bahwa ASA pernah menulis satu puisi yang panjang (168 halaman) berjudul Seribu Ranting Satu Daun, diterbitkan setiap hari selama satu tahun (1987)  di ruang Dahaga Koran Banjarmasin Post sebagaimana Tentang Penulis Gumam (h.120). Gumam asa 9 ini jelas bukan puisi gelap atau menunjukkan suatu ketidakteraturan, di sini malah terlihat keyakinan ASA tentang puisi dengan “Puisi, dengan segala ketajamannya, akan mampu menerobos ke sumsum relung hati dan kebijakan yang  menggila yang hanya mampu bergerak sebagai mesin perontok serta-merta puisi pula yang mengasah ketajaman dengan lemah gemulai namun dapat menikam, ayo menarilah puisi-puisi di setiap relung dan ceruk-ceruk terdalam agar langkah kaki agar tatap mata agar gendang-gendang telinga agar syaraf-syaraf agar urat-urat agar setiap rencana agar setiap ucap tak sampai kepada wilayah-wilayah lena.”

(https://borneojarjua2008.wordpress.com/2010/07/25/gumam-asa-berkata-terang/)


Bungkam Mata Gergaji
Melalui gumam terangkai pemberontakan, perlawanan, dan kegundahan terhadap  orang-orang bebal yang menyebarkan kerusakan demi kerusakan dengan menggunakan kekuasaannya. Melalui gumam juga tersibak jalan kebebasan sebagai penghargaan terhadap kemanusiaan. Hal ini begitu menggoncang dan mengusik dalam buku Bungkam Mata Gergaji (Kumpulan Gumam Asa) karya Ali Syamsudin Arsi (ASA), Framepublishing; Yogyakarta, 2011.  Kumpulan gumam dalam buku ini dapat dikatakan sebagai gumam perlawanan sekaligus keberpihakan kepada hakikat manusia yang terus tergilas oleh mata gergaji sehingga terpisah, tercerai berai dan penuh luka, yang menjadikannya tidak terlihat eksistensinya sebagai individu maupun dalam komunitas dan hubungan dengan alam.

Kumpulan gumam dalam Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, 2011) memperlihatkan kecenderungan keras kepalanya sang pengarang yang  mengambil jalan kebebasannya dalam berkarya, menapaki secara konsisten kegelisahan sebagaimana orang sedang memperjuangkan kebebasan dalam hidupnya meski rasa takut juga terus membayangi. Tanpa kebebasan, maka kemampuan setiap individu untuk memilih berarti tidak ada, yang dalam gumam Asa terungkap dalam bungkam mata gergaji; memisahkan, memburai, dan melukai.  Dalam pandangan Jean-Paul Sartre yang membatasi kebebasan manusia sebagai bagian dari “neraka adalah orang lain”.
(http://borneojarjua2008.wordpress.com/2011/04/19/eksistensialisme-dalam-bungkam-mata-gergaji/)

Dapatkan dua antologi "gumam ASA" ini dengan menghubungi penulisnya lewat inbox FB  
Ali Syamsudin Arsi 
http://www.facebook.com/profile.php?id=100001368393763#!/profile.php?id=100001368393763&sk=wall
Segera miliki. 

No comments: