Pengarang : Badaruddin Amir
Penerbit : AKAR Indonesia, Yogyakarta
Cetakan ke I Februari 2007
Badaruddin Amir, di samping dikenal sebagai penulis cerpen, ia juga dikenal sebagai seorangpenyair. Ada dua wilayah yang tampaknya ingin ia bedakan dalam proses kreatif keperulisannya yakni pembedaan wilayah puisi dan wilayah prosa. Kreativitas bahasa, ia tumpahkan sepenuhnya dalam puisi, sedangkan kemampuan ide secara tegas dan gamblang ia tumpahkan dalam wilayah prosa. Maka, bisa dikatakan bahwa Badaruddin Amir tidak ingin berpuisi di dalam prosa. Tidak heran jika nyaris keseluruhan dari cerpen-cerpen ini mengambil karakter pencerita pada mazhab klasik, yakni membawa pembacarrya pada sebuah pemahaman yang terang dari tujuan sebuah tulisan.
Pilihan ini, tentu saja membawa konsekuersi yang ridak enteng, yakni upaya penulis untuk membuat seriap pembacanya tidak terperangkap pada kebosanan dan kejenuhan. Syarat untuk mencapai pada situasi semacam ini, minimal ia harus pandai memilih bidikan tema yang betul-betul kuat dan mewakili tujuan yang hendak diutarakan, dan tentu saja hal ini membutuhkan luasnya pengetahuan tentang apa yang hendak ia tulis; kemudian teknik pengemasan alur yang betul-betul dipertimbangkan dengan matang (untuk mengendalikan irama ketegangan dari pilihan peristiwa, serta komposisi antara teknik pemaparan dengan teknik dialog yang tepat); dan terakhir adalah karakter tokoh. Padahal beberapa cerpen yang tergolong “istimewa”, syarat-syarat ini telah dipenuhi oleh penulis dengan baik.
(“Perjalanan Menelusuri Negeri Dongeng”, Pengantar Buku Antologi Latoipajoko & Anjing Kasmaran, oleh Joni Aryadinata)
No comments:
Post a Comment