Judul : Lelaki Duka
Pengarang : Eche Subki. S
Penerbit. : Tinta Hitam Mata Hati
Tahun Terbit. : 2012
Tempat Terbit : Batulicin Kab. Tanah Bumbu
Tebal : 224 Halaman
Ukuran Buku : panjang 21 cm, lebar 14 cm
Membaca novel Lelaki Duka karya novelis Eche Subki.S membuat kita
seakan-akan berada pada situasi kerumitan nasip dan perjalanan hidup
manusia laki-laki.
Ini karena dibagian pertama saja atau di bab
pertama novel dengan sub judul Percikan Doa ini tercermin betapa Lesmana
sebagai tokoh sentral dari novel Lelaki Duka teramat nyata tergambarkan
situasi bathinnya yang gundahmenggulana, bahkan cenderung mengalami
sindrom atau kepanikan jiwa akibat lilitan masalah yang bertubi-tubi
hingga kemudian ia berpikir jika saja ia bisa mengkalkulasi takdir yang
ditimpakan Tuhan kepadanya, maka ia tak akan menanggung derita panjang.
Dari bab awal, sepertinya penulis dengan sengaja memborbardir sisi
psikologis tokoh utama itu dengan mengekploitasi bagian penting dari
tipikal seorang laki-laki yang idealnya tergambar tangguh, kokoh, tidak
cemen, dan beragam gambaran tipikal laki-laki lazimnya, menjadi
sebaliknya, Lesmana sebagai wujud laki-laki dengan predikat suami dengan
satu putra, harus pontang-panting menaklukkan nasipnya sendiri yang
menurutnya tak pernah disinggahi keberuntungan.
Jika pun
keberuntungan menyinggahinya, itu tak berlangusng lama, dan dipastikan
beragam terjangan masalah mulai dari ekonomi rumah tangga, perselinghan
Dewi sang istri, hingga masalah terkait pekerjaannya silih berganti
menggodam kehidupannya.
Tentang pilihan judul, ini tentu bukan
faktor kebetulan. Karena secara umum jika kita cermati esensi pesan
cerita yang ditulis novelis Eche Subki. S dari kesemua bab dari 26 bab
yang ada secara keseluruhan merupakan dramatisasi dari betapa tokoh
Lesmana tak ubahnya seperti manusia laki-laki yang nyaris dari seluruh
perjalanan hidupnya terbungkus dengan banyak kesialan, hingga kemudian
pilihan judul yang “tepat” dari novel karya pedagang burger ini adalah
Lelaki Duka. Lelaki yang sepanjang hidupnya senantiasa diliputi duka,
duka yang panjang.
Sebuah judul novel yang sudah barang tentu
akan memudahkan pembaca untuk bermain tebak-tebakan, bahwa bisa
dipastikan isi novel tersebut bercerita tentang duka panjang seorang
laki-laki, Lelaki Duka. Yang mana dari judul saja, sudah
merefresentasikan isi buku secara keseluruhan.
Pada cover depan
novel Lelaki Duka, ada semacam sinopsis yang sengaja ditempatkan oleh
penulis dengan perhitungan, pembaca akan dengan mudah menangkap batang
tubuh pesan serta bagian-bagian penting yang merupakan esensi pesan inti
dari novel itu sendiri.
“Sebagai lelaki, suami dari istri dan
ayah dari satu putraku, aku merasa banyak hal yang membuatku tidak layak
menyandang predikat sebagai suami, bahkan menyandang nama ayah untuk
putraku Tegar. Selama bertahun-tahun membangun mahligai rumah tangga
bersama istriku, aku belum bisa membahagiakannya secara materi termasuk
dengan Tegar putra tunggalku.
Justru sebaliknya, mereka banyak
kulibatkan dengan banyak persoalan yang secara tidak langsung membuat
dua belahan jiwaku menderita : Inilah deritaku, derita lelaki, lelaki
duka.”
Jelas ini sebuah penggiringan yang dirancang sekaligus
diformulasikan oleh novelis Eche Subki. S agar pembaca tahu, bahwa ia
sudah meletakkan kompas dengan satu mata angin yakni ” Kedukaan panjang
yang melilit seorang laki-laki.”
Pola penggiringan ini semakin
intens dibangun oleh penulis memasuki bab sembilan Dia Selingkuh Saat
Kujauh, hingga berlanjut pada beberapa bab, dan terakumulasi pada bab
penutup atau terakhir, Penyakit Kutukan.
Membaca novel Lelaki
Duka bagi pembaca umum pasti akan memberikan kesan mendalam di hati
karena fase-fase derita bathin yang dijalani Lesmana sebagai tokoh utama
berhasil diurai secara detail oleh penulis, sehingga pembaca tergiring
dalam lingkaran yang meliuk-liuk hingga sampai pada muara puncak derita
bathin yakni penghakiman-penghakiman yang dilakukan oleh si tokoh utama
terhadap dirinya sendiri yang terefrensentasi dari penyebutan diri
sebagai Lelaki Duka.
Namun bagi pembaca atau penikmat sastra
yang secara khusus senantiasa mencermati sebuah karya novel dengan
pola-pola khusus pula, yang salah satunya adalah mencoba menelusuri
proses kreatif dan menggali dari arah mana gagasan atau ruh ide penulis
muncul hingga lahir karya novel itu.
Maka membaca novel Lelaki
Duka karya Eche Subki.S ini akan memberikan pemahaman yang sedikit
banyak merupakan langkah penting dalam mengetahui isi ‘kotak pandora’
yang dimiliki penulis hingga sedikit banyak pula kita akan tahu sisi
tersembunyi dari proses kreatif serta bangunan ide yang menjadi dasar
sekaligus alasan ditulisnya novel itu. Meski pun kita tahu, bahwa karya
fiksi yang salah satunya berupa novel adalah sebuah karya tulisan yang
lahir dari olah imajinasi dan kreativitas dari seorang penulis.
Namun begitu, pembaca sudah mahfum dan paham benar, bahwa karya fiksi
bukan semata-mata sebuah karya yang lahir dari proses imajinatif penulis
dengan sumber pengamatan lingkungan sosial disekitarnya saja atau nota
bene merupakan apresiasi dari sebuah kejadian yang dilihat, diresapi
untuk kemudian dituliskan. Tapi bisa juga sebaliknya, karya itu justru
terbukukan karena rangkaian peristiwa yang dirangkum menjadi karya fiksi
itu tidak lain merupakan fase-fase peristiwa yang dijalani oleh penulis
sendiri, termasuk pada novel Lelaki Duka ini. Walahualam..
Jika Anda membaca novel Lelaki Duka karya Eche Subki. S, Anda tak
seharusnya berhenti pada bab tertentu sebelum menuntaskan keselurahan
bab, atau hanya membaca beberapa bab awal untuk kemudian meloncat di bab
penutup. Jika cara membaca yang demikian Anda lakukan, Anda tak akan
menemukan titik-titik dramatisasi dari novel tersebut. Ini karena
rangkaian masing-masing bab yang diformulasikan oleh Eche Subki. S dalam
novelnya dibangun secara menanjak hingga novel ini mampu menggiring
pembaca untuk terus tertarik pada pusaran inti pesan sampai berakhir
pada bab penutup, Penyakit Kutukan. Selamat membaca.
Tato A Setyawan
Pesan buku ini dengan menghubungi penulisnya langsung
No comments:
Post a Comment