Kami memiliki dua blog khusus untuk buku sastra, terutama buku-buku sastra yang tak ada di toko buku:

1. http://pustakapelabuhan.blogspot.com/ -berisi info2 buku sastra yang bisa dipesan langsung ke penulisnya. Anda bisa memberikan info buku2 sastra yang sedang terbit lewat dinding Indrian Koto atau Jualan Buku Sastra.

2. http://jualbukusastra.blogspot.com/. Berisi daftar buku yang bisa dipesan kepada kami secara langsung. Anda bisa bekerjasama dengan kami dalam distribusi kecil-kecilan.

Friday, June 15, 2012

Lelaki Duka sebuah novel karya Eche Subki. S


 Judul : Lelaki Duka
 Pengarang : Eche Subki. S
 Penerbit. : Tinta Hitam Mata Hati
 Tahun Terbit. : 2012
 Tempat Terbit : Batulicin Kab. Tanah Bumbu
 Tebal : 224 Halaman
 Ukuran Buku : panjang 21 cm, lebar 14 cm

 


Membaca novel Lelaki Duka karya novelis Eche Subki.S membuat kita seakan-akan berada pada situasi kerumitan nasip dan perjalanan hidup manusia laki-laki.
Ini karena dibagian pertama saja atau di bab pertama novel dengan sub judul Percikan Doa ini tercermin betapa Lesmana sebagai tokoh sentral dari novel Lelaki Duka teramat nyata tergambarkan situasi bathinnya yang gundahmenggulana, bahkan cenderung mengalami sindrom atau kepanikan jiwa akibat lilitan masalah yang bertubi-tubi hingga kemudian ia berpikir jika saja ia bisa mengkalkulasi takdir yang ditimpakan Tuhan kepadanya, maka ia tak akan menanggung derita panjang.

Dari bab awal, sepertinya penulis dengan sengaja memborbardir sisi psikologis tokoh utama itu dengan mengekploitasi bagian penting dari tipikal seorang laki-laki yang idealnya tergambar tangguh, kokoh, tidak cemen, dan beragam gambaran tipikal laki-laki lazimnya, menjadi sebaliknya, Lesmana sebagai wujud laki-laki dengan predikat suami dengan satu putra, harus pontang-panting menaklukkan nasipnya sendiri yang menurutnya tak pernah disinggahi keberuntungan.

Jika pun keberuntungan menyinggahinya, itu tak berlangusng lama, dan dipastikan beragam terjangan masalah mulai dari ekonomi rumah tangga, perselinghan Dewi sang istri, hingga masalah terkait pekerjaannya silih berganti menggodam kehidupannya.

Tentang pilihan judul, ini tentu bukan faktor kebetulan. Karena secara umum jika kita cermati esensi pesan cerita yang ditulis novelis Eche Subki. S dari kesemua bab dari 26 bab yang ada secara keseluruhan merupakan dramatisasi dari betapa tokoh Lesmana tak ubahnya seperti manusia laki-laki yang nyaris dari seluruh perjalanan hidupnya terbungkus dengan banyak kesialan, hingga kemudian pilihan judul yang “tepat” dari novel karya pedagang burger ini adalah Lelaki Duka. Lelaki yang sepanjang hidupnya senantiasa diliputi duka, duka yang panjang.

Sebuah judul novel yang sudah barang tentu akan memudahkan pembaca untuk bermain tebak-tebakan, bahwa bisa dipastikan isi novel tersebut bercerita tentang duka panjang seorang laki-laki, Lelaki Duka. Yang mana dari judul saja, sudah merefresentasikan isi buku secara keseluruhan.

Pada cover depan novel Lelaki Duka, ada semacam sinopsis yang sengaja ditempatkan oleh penulis dengan perhitungan, pembaca akan dengan mudah menangkap batang tubuh pesan serta bagian-bagian penting yang merupakan esensi pesan inti dari novel itu sendiri.

“Sebagai lelaki, suami dari istri dan ayah dari satu putraku, aku merasa banyak hal yang membuatku tidak layak menyandang predikat sebagai suami, bahkan menyandang nama ayah untuk putraku Tegar. Selama bertahun-tahun membangun mahligai rumah tangga bersama istriku, aku belum bisa membahagiakannya secara materi termasuk dengan Tegar putra tunggalku.

Justru sebaliknya, mereka banyak kulibatkan dengan banyak persoalan yang secara tidak langsung membuat dua belahan jiwaku menderita : Inilah deritaku, derita lelaki, lelaki duka.”

Jelas ini sebuah penggiringan yang dirancang sekaligus diformulasikan oleh novelis Eche Subki. S agar pembaca tahu, bahwa ia sudah meletakkan kompas dengan satu mata angin yakni ” Kedukaan panjang yang melilit seorang laki-laki.”

Pola penggiringan ini semakin intens dibangun oleh penulis memasuki bab sembilan Dia Selingkuh Saat Kujauh, hingga berlanjut pada beberapa bab, dan terakumulasi pada bab penutup atau terakhir, Penyakit Kutukan.

Membaca novel Lelaki Duka bagi pembaca umum pasti akan memberikan kesan mendalam di hati karena fase-fase derita bathin yang dijalani Lesmana sebagai tokoh utama berhasil diurai secara detail oleh penulis, sehingga pembaca tergiring dalam lingkaran yang meliuk-liuk hingga sampai pada muara puncak derita bathin yakni penghakiman-penghakiman yang dilakukan oleh si tokoh utama terhadap dirinya sendiri yang terefrensentasi dari penyebutan diri sebagai Lelaki Duka.

Namun bagi pembaca atau penikmat sastra yang secara khusus senantiasa mencermati sebuah karya novel dengan pola-pola khusus pula, yang salah satunya adalah mencoba menelusuri proses kreatif dan menggali dari arah mana gagasan atau ruh ide penulis muncul hingga lahir karya novel itu.

Maka membaca novel Lelaki Duka karya Eche Subki.S ini akan memberikan pemahaman yang sedikit banyak merupakan langkah penting dalam mengetahui isi ‘kotak pandora’ yang dimiliki penulis hingga sedikit banyak pula kita akan tahu sisi tersembunyi dari proses kreatif serta bangunan ide yang menjadi dasar sekaligus alasan ditulisnya novel itu. Meski pun kita tahu, bahwa karya fiksi yang salah satunya berupa novel adalah sebuah karya tulisan yang lahir dari olah imajinasi dan kreativitas dari seorang penulis.

Namun begitu, pembaca sudah mahfum dan paham benar, bahwa karya fiksi bukan semata-mata sebuah karya yang lahir dari proses imajinatif penulis dengan sumber pengamatan lingkungan sosial disekitarnya saja atau nota bene merupakan apresiasi dari sebuah kejadian yang dilihat, diresapi untuk kemudian dituliskan. Tapi bisa juga sebaliknya, karya itu justru terbukukan karena rangkaian peristiwa yang dirangkum menjadi karya fiksi itu tidak lain merupakan fase-fase peristiwa yang dijalani oleh penulis sendiri, termasuk pada novel Lelaki Duka ini. Walahualam..

Jika Anda membaca novel Lelaki Duka karya Eche Subki. S, Anda tak seharusnya berhenti pada bab tertentu sebelum menuntaskan keselurahan bab, atau hanya membaca beberapa bab awal untuk kemudian meloncat di bab penutup. Jika cara membaca yang demikian Anda lakukan, Anda tak akan menemukan titik-titik dramatisasi dari novel tersebut. Ini karena rangkaian masing-masing bab yang diformulasikan oleh Eche Subki. S dalam novelnya dibangun secara menanjak hingga novel ini mampu menggiring pembaca untuk terus tertarik pada pusaran inti pesan sampai berakhir pada bab penutup, Penyakit Kutukan. Selamat membaca.


Tato A Setyawan

Pesan buku ini dengan menghubungi penulisnya langsung

No comments: